TASYAKURAN MD KATERING DAN SAMBUT ROMADHON BERSAMA USTADZ JAZARI
Tasyakuran MD Katering dan sambut
Romadhon bersama Ustadz Jazari
Dalam rangka Tasyakuran dan
sambut ramadhon, MD Katering gelar pengajian pada hari kamis ( 03 mei 2018) pukul
19.30 hingga selesai di Rumah Pemilik MD Katering Rahmanto, Tempel, Sleman.Masyarakat
berduyun-duyun menghadiri pengajian yang diisi oleh Ustadz Jazari dari Kulon
Progo, dengan iringan Hadroh Samroatul Fuadiyah.Ustadz jazari menyampaikan
materi tasyakuran dan sambut Ramadhon dengan menggunakan Media Seni
Wayang.Dalam paparannya menceritakan lakon ‘’Banyu Perwitasari’’ sebuah
perjalanan pencairan jati diri seorang kesatriya Raden Baratasena atau nama
arabnya Birrun Hasana , sang kestatriya dalam pencarian jati dirinya harus
menempuh perjuangan yang berat. Diawali dengan meminta petunjuk pada sang guru
yaitu sang Resi Durna, yang menunjukkan
bahwa Banyu OPerwitasari ada di tengah hutan dan harus memasukinya dan bertemu
dengan dua raksasa Dityo Rukmuko dan
Dityo Rukmokolo yang berlanjut
peperangan dan berhasil mengalahkan keduanya, ternyata itu perlambang
memenangkan dari godaan hidup yang berupa Rukmuko yang arti wajah maksudnya
ketampanan atau kecantikan yang sering membuat orang gagal dalam meriah hidup
karena terpikat wajah cantic dan tampan sehingga tujuan hidup mwenjadi
hilang.Dityo Rikmokolo maknanya jabatan ataupun pangkat, yang sering membuat
lupa seseorang menuju tujuan hidup karena bisa menggiring seseorang untuk
menggunakan wewenangnya untuk memperkaya diri dengan cara korupsi sehingga lupa
tujuan hidup.
Setelah berhasil dan belum
menemukan banyu perwitasari, ia kembali menghadap sang Resi Durna dan
ditunjukkan supaya masuk ke tengah samudera dan bertemu dengan ular raksasa
yang bernama Nembur Nawa terjadi lagi perang dan mampu mengalahkan menggunakan
Kuku Pancanaka, ternyata Ular raksasa Nembur Nawa adalah perlambang Hawa nafsu
Manusia yang selalu melilit manusia untuk berbuat angkara murka, banyak orang
yang gagal dalam hidup karena memperturutkan hawa nafsu.
Baratasena dalam akhir cerita bertemu
dengan Dewa Ruci yang berujud seperti Baratasena kecil yang memberikan nasehat bahwa Banyu
perwitasari ada dalam diri manusia yang terkandung dalam bapak dan Ibu dan
masuk dalam Rahim 9 bulan 10 hari dan dilahirkan dalam wujud manusia (QS at
Thoriq ayat 5-7) yang berarti air awal ciptaan semua makhluk,(QS albaqarah ayat
22) air digunakan untuk penghidupan manusia yang harus disyukuri.Setelah
wejangan sang Dewi Ruci barata sena dipersilakabn masuk lewat jemari Dewa Ruci
dan melihat kenyataan hidup kesempurnaan hidup sehingga sang Baratasena menjadi
sosok sempurna bernama Werkudoro atau
warka’u Darrun artinya yang orang ruku’ yaitu beribadah kepada Alloh.
Dalam rangka meraih tujuan hidup,
bulan Ramadhan waktu yang tepat untuk merealisasikan inti sari lakon Banyu
Perwitasari berupa tekun ibadah, mengendalikan hawa nafsu agar tidak terpikat
oleh keindahan wajah, jabatan sehingga melupakan tujuan hidup.
Komentar
Posting Komentar